Catatanku

bagi membaca semoga bermanfaat untuk semuanya

Catatanku

bagi membaca semoga bermanfaat untuk semuanya

Senin, 14 Mei 2018

BAB I SKRIPSI PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK PEMULUNG DALAM PEMANFAATAN BARANG BEKAS USIA 10 TAHUN DI SEKOLAH ALAM TUNAS MULIA BANTAR GEBANG BEKASI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sebagian besar masyarakat di Bantar Gebang pada umumnya menganggap pendidikan adalah suatu hal yang jauh dari kehidupan mereka karena, untuk memenuhi kebutuhan hidup saja terbilang sulit atau serba kekurangan terutama dalam hal menyekolahkan anak-anak mereka. Apalagi untuk menyekolahkan anak di sekolahan  yang berkualitas hanya bisa menyekolahkan anaknya di sekolah pemulung tanpa di punggut biaya apapun.
Tercermin dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003  pasal 1 ayat 14 dikutip Aisyah, dkk (2008:1.3) dalam sistem pendidikan nasional adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Kehidupan pemulung dari segi pola hidup sangat kurang baik. Setiap harinya para pemulung memiliki jam kerja yang sudah terpola dengan baik dan rutin dikerjakan. Pada pagi hari, para pemulung akan mempersiapkan dirinya untuk berangkat dan berlomba sampai di tempat pembuangan sampah. Setiap pemulung membawa segala perlengkapan, baik makanan atau minuman serta gancu sebagai alat untuk mengambil sampah, serta memperbaiki taraf hidup yang lebih baik untuk masa yang akan datang dalam segi perekonomian yang lebih baik. Pemulung adalah kaum urbanis yang tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan tinggi mereka mengadu nasib di kota besar dengan bermodalkan nekat tetapi persaingan hidup di kota besar sangatlah besar akhirnya mereka terpinggirkan hingga mereka menjalani pekerjaan sebagai pemulung. Pemulung pada umumnya tidak memiliki pendidikan tinggi dan taraf kehidupannya sangat miskin mereka pada umumnya hidupnya kadang di kolong jembatan, di stasiun, di terminal, dan lain-lain itu adalah potret kehidupan di ibukota yang mana pemulung dengan memodalkan karung, gancu, dan gerobak mengais rezeki tanpa waktu yang pasti. Setelah semuanya terkumpul sebagian di jual sebagian lagi di kumpulkan untuk di jadikan kerajinan yang unik dan menarik yang bisa dijual dengan harga yang tinggi untuk proses itu pemulung dibutuhkan sebuah keterampilan bagaimana cara merancang sesuatu yang menarik itu semua dibutuhkan sebuah keterampilan khusus tanpa ada dasar keterampilan maka pekerjaan itu kan sia-sia.
Tim pembimbing dibutuhkan untuk mendidik anak agar bisa menjadi terampil dalam pengolah barang bekas tersebut menjadi kerajinan tangan yang sangat berkualitas. Setelah melalui proses pendidikan atau keterampilan mulailah dari dasar contohnya membuat mobil-mobilan, kincir angin, vas bunga, dan lainnya. cara proses produksi membuat manajemen pemasaran diantaranya membuat brosur, menggadakan bazzar, pameran dan mencari sponsor. Dalam system membuat kerajinan haruslah bersifat menjual mempunyai seni yang tinggi dan unik itu akan memudahkan proses produksi.
Barang bekas di sekitar kita dapat dimanfaatkan menjadi sumber belajar, tetapi hal itu tergantung pada diri kita untuk mengembangkannya menjadi media yang menarik. Sebelum menentukan media sederhana, terlebih dahulu merencanakan program pengembangan yang akan dilakukan berdasarkan garis besar program pengajaran. Kemudian menganalisis kematangan dan kemampuan peserta didik. Kemudian mengamati lingkungan sekitar untuk menemukan barang bekas yang dapat digunakan untuk membuat media sederhana.
Berdasarkan berita detik.com pada tanggal 13 April 2015, 12.25 WIB, diberitakan :
”Sebagian besar masyarakat sekitar Jakarta dan Kota Bekasi hanya mengenal Bantargebang sebagai tempat pembuangan sampah. Akan tetapi di balik gundukan sampah TPST Zona, Bantar Gebang, Bekasi masih terdapat semangat anak-anak pemulung yang mengenyam pendidikan. Salah satunya Sekolah Alam di Kampung Cisalak, RT 2/4, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang. Sepulang dari mengais tumpukan sampah, anak-anak pemulung itu tepat bersemangat belajar. Di sana ada bantuan dari donator dan relawan yang mau mengajar di sana tidak ada biaya yang di kenakan di sekolahan anak pemulung. Adanya sekolahan ini di bangun TPQ (tempat pengajian anak-anak pemung) anak di sekolah tersebut di ajarkan membaca al-Qur’an, baca tulis, dan ilmu aqidah. Ada rekan saya melihat pembangunan TPQ di sana akhirnya rekan saya menawarkan agar sekolah TPQ itu di ganti dengan sekolah TK, SD, SMP dan waktu-waktu belajar tersebut berbeda-bada yang pertama TK dari jam 8.00-11.00, kedua SD dan SMP dari jam 13.00-15.00. Setelah pulang sekolah anak pemulung mencari barang bekas seperti aqua botol, kertas, kardus, plastik namun di sekolahan tersebut guru tidak mengajarkan anak untuk membuat kerajinan tangan dari barang bekas. Melainkan hanya mengajarkan formal dan tidak mengajarkan non   formal di sekolah Alam Tunas Mulia. (edo, 2016)
Minimnya alat peraga pada umumnya lebih disebabkan keterbatasan anggaran yang disediakan oleh sekolah. Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dituntut untuk lebih kreatif mengembangkan peraga pendidikan yang seefektif dan semurah mungkin. Kreativitas adalah segala proses yang dilakukan oleh anak dalam rangka melakukan,mempelajari,dan menemukan sesuatu yang baru yang berguna bagi kehidupan dirinya dan orang lain.
Menurut Nur Hayati (2013:212),“Setiap tahapan perkembangan yang terjadi pada anak merupakan suatu prestasi. Masing-masing anak membawa potensi kreatif yang digunakan untuk mengaktualisasikan diri dari masa kini hingga masa depan. Kemampuan yang dimiliki anak dapat ditemukan sendiri oleh anak jika anak diberikan banyak kesempatan untuk ekspolarasi dan discovery melalui interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, kemampuan yang akan direncanakan orangtua dan guru pada anak tidak berarti membiarkan anak mencoba bereksplorasi dengan segala sesuatu yang membahayakan. Keunikan setiap individu harus dipahami pendidik untuk dapat memberikan treatmen yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setiap anak”.
Kegiatan eksplorasi adalah penjelajah lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak, terutama sumber alam yang terdapat di tempat itu. Eksplorasi dapat pula dikatakan sebagai kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dan situasi yang baru (KBBI;254). Eksplorasi merupakan jenis kegiatan permainan yang dilakukan dengan cara menjelajahi atau mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari hal tertentu sambil mencari kesenangan atau sebagai hiburan dan permainan.
Tujuan kegiatan yang dapat di kembangkan berkenaan dengan pengembangan kreativitas anak melalui eksplorasi ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar tempat tinggal anak, atau juga kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan lingkungan sekitar dengan Pendekatan Kecerdasaan Visual Spasial.
Bukti seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah.
Berdasarkan berita Liputan 6 pada tanggal 17 Mei 2016, 16.58 WIB, diberitakan :
“Sebagian besar masyarakat bantar gebang  belum bisa menyadari bahwa pemulung yang sehari-hari beraktivitas sebagai pengambil sampah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari mereka bisa mendaur ulang sampah non organik dan sampah organik seperti plastik, daur kering, botol aqua, kardus dan sebagainya. Pemulung bisa menghasilkan uang dengan mendaur ulang sampah untuk di jual barang tersebut dijual dengan harga yang tinggi sesuai dengan pembuatan kerajinan tangan itu sulit atau mudahnya barang bekas itu untuk di daur ulang.”
Hasil pengamatan sebelum penelitian yang dilakukan anak belum memiliki kemampuan menyusun pola dari barang bekas dan masih banyak anak yang belum mengenal macam-macam bentuk kreativitas dari barang bekas. Berdasarkan hal tersebut dengan teknik menyusun pola dari barang bekas ini anak mampu mengenal bermacam-macam warna, menyusun pola kerajinan tangan dari barang bekas sesuai bentuk-bentuknya anak mampu mengelem kertas dan menggunting dengan rapi. Adapun yang dibahas dalam penelitian ini menyangkut pengembangan fisik motorik kognitif terutama motorik berkenaan dengan menyusun pola dari barang bekas untuk anak sekolah dasar. Dalam menyusun dan menempel bentuk pola  kerajinan tangan dengan menggunakan barang bekas sesuai warna anak mampu mengenal warna lebih dari satu warna bentuk warna dan macam-macam kerajinan tangan dari barang bekas.
Pembelajaran di sana menggunakan pendekatan kecerdasan visual spasial kepada guru pengajar di sekolah tersebut. Menurut guru dalam proses belajar mengajar hanya mendengarkan ceramah, membayangkan, menulis, membaca, atau latihan soal tentu sangat sulit dipahami tidak konkret dan membosankan apa yang terjadi jika anak sudah bosan mereka menjadi tidak konsentrasi lagi dengan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Alat peraga dapat meminimalisir hal tersebut alat perga juga dapat membantu mengkongkritkan hal-hal yang abstrak sehingga pembelajaran mudah diterima dan dipahami oleh peserta didik. Alat peraga ini membuat anak senang, mereka dapat memegang, memainkan, mau memprakteknya secara langsung saat pembelajaran. Secara otomatis alat peraga pembuat anak tertarik atau termotivasi untuk mencoba dan belajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan alat peraga tersebut itulah respon yang sangat baik dalam pembelajaran.
Memudahkan guru dalam menerangkan sesuatu yang abstrak adalah hal yang sangat sulit di terangkan oleh guru sekaligus di terima oleh peserta didik. Alat peraga membantu pendidik untuk menerangkan sesuatu Karena dapat memberikan gambaran secara riil contoh memudahkan guru dalam mengeksporasi.
Informasi yang disampaikan guru akan diterima bagi oleh peserta didik. Alat peraga melibatkan semua aspek yaitu audio, visual, dan kinestetik. Berdasarkan para ahli, indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan kedalam otak adalah mata kurang lebih 75%-87% dari pengetahuan manusia di peroleh atau disalurkan melalui mata. Sementara itu, 13-25% lain di peroleh atau tersalur melalui indra yang lain. Dengan demikian adanya alat peraga/media/alat bantu visual dapat mempermudah penyampaian dan penerima informasi atau materi pelajaran
Ciri-ciri alat peraga yang baik dengan mengetahui ciri alat peraga yang baik, maka kita juga bisa membuat dengan baik pula. Adapun alat peraga yang baik adanya membuat materi lebih kongkrit, dapat mengantar kepencapaian kompetensi yang diharapkan memudahkan pemahaman konsep mudah dioprasionalkan dengan baik oleh guru maupun siswa menarik atau mencolok, tahan lama atau awet, multifungsi/tematik (dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai konsep) serta seyogyanya, alat peraga dibuat sendiri dengan melibatkan siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang kreativitas anak pemulung dengan judul Peningkatan Kreativitas Anak Pemulung Dalam Pemanfataan Barang Bekas  Usia 10 Tahun di  Sekolah  Tunas Mulia Bantar Gebang Bekasi”

B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka fokus masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1.    Upaya yang dilakukan guru Sekolah Alam Tunas Mulia di Bantar Gebang Bekasi dalam meningkatkan kreativitas anak pemulung usia 10 tahun dalam pemanfaatan barang bekas melalui media alat peraga.
2.    Pengaruh atau dampak penerapan alat peraga sebagai upaya dalam meningkatkan kreativitas anak pemulung usia 10 tahun dalam pemanfaatan barang bekas di Sekolah Alam Tunas Mulia di Bantar Gebang Bekasi pada kelas V.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah dan identifikasi masalah yang ada, maka dalam penelitian ini permasalahan dirumuskan sebagai berikut:
1.    Bagaimana upaya meningkatkan kreativitas anak pemulung usia 10 tahun dalam pemanfaatan barang bekas?
2.    Apakah terdapat peningkatan kreativitas anak pemulung usia 10 tahun dalam pemanfaatan barang bekas melalui media alat peraga?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas dapat di tentukan bahwa tujuan dari penelitian ini sebagai berikut
1.    Mengetahui  upaya meningkatkan kreativitas anak pemulung usia 10 tahun dalam pemanfaatan barang bekas.
2.    Mengetahui peningkatan kreativitas anak pemulung usia 10 tahun dalam pemanfaatan barang bekas melalui media alat peraga.

E.  Manfaat Penelitian
1.     Manfaat Teoritis
Agar pemerintah, guru, serta peneliti dapat mengetahui pentingnya kreativitas yang dimiliki siswa bagi kehidupan nya serta bangsa dan negara.
2.     Manfaat Praktis
a.    Bagi Masyarakat
1)    Tidak terlalu banyak sampah menjadi lingkungan bersih.
2)    Mengenalkan barang bekas kepada anak untuk dijadikan barang yang     bermanfaat.
3)    Meningkatkan kemampuan anak dalam berpikir kristis masalah lingkungan.
b.    Bagi Siswa
1)    Siswa lebih menjadi lebih memahami tentang sampah serta kegunaannya.
2)    Menanamkan kemandirian anak dalam menghasil karya yang berguna.
3)    Siswa lebih mencintai lingkungannya membangun pola pikir anak yang baru.
c.    Bagi Peneliti
1)    Memahami karakter anak di usia sekolah dasar untuk mengembangkan dan memahami lingkungan sekitar untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat untuk diperkenalkan untuk anak sekolah dasar.
2)    Memahami barang bekas disekitarnya untuk dijadikan barang bekas menjadi barang yang berguna dan bermanfaat yaitu dijadikan kerajinan tangan
3)    Berspekulasi dengan bermacam-macam jenis barang bekas yang organik dan non organik untuk dipilah-pilih fungsi dan kegunaannya.
4)    Mengenalkan alat peraga dan tempat untuk membuat kreativitas barang bekas

F.  Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirincikan kedalam sub bab sebagai berikut:
BAB  I     :  PENDAHULUAN
                   Dalam bab ini dibahas mengenal latar belakang masalah yang berhubungan dengan alasan pemilihan judul, identifikasi masalah, batasan masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB  II    :  TINJAUAN PUSTAKA
                   Dalam bab ini akan dibahas mengenai kajian pustaka yang membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengertian kreativitas dan pengertian pemulung, kerangka berfikir,perumusan hipotesis dan hipotesis penelitian.
BAB  III   :  METODOLOGI PENELITIAN
                   Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, rancangan tindakan, desain dan prosedur tindakan, criteria keberhasilan tindakan, sumber data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV   :  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
                   Dalam bab ini akan dibahas mengenai deskripsi data, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V    :  PENUTUP
                   Kesimpulan mengenai bab terakhir dalam pembahasan penelitian ini, disajikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran yang relevan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar