BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagian besar masyarakat di Bantar Gebang pada umumnya
menganggap pendidikan adalah suatu hal yang jauh dari kehidupan mereka karena,
untuk memenuhi kebutuhan hidup saja terbilang sulit atau serba kekurangan
terutama dalam hal menyekolahkan anak-anak mereka. Apalagi untuk menyekolahkan
anak di sekolahan yang berkualitas hanya
bisa menyekolahkan anaknya di sekolah pemulung tanpa di punggut biaya apapun.
Tercermin dalam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal
1 ayat 14 dikutip Aisyah, dkk (2008:1.3) dalam sistem pendidikan nasional
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia
6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Kehidupan pemulung
dari segi pola hidup sangat kurang baik. Setiap harinya para pemulung
memiliki jam kerja yang sudah terpola dengan baik dan rutin dikerjakan. Pada
pagi hari, para pemulung akan mempersiapkan dirinya untuk berangkat dan
berlomba sampai di tempat pembuangan sampah. Setiap pemulung membawa segala
perlengkapan, baik makanan atau minuman serta gancu sebagai alat untuk
mengambil sampah, serta memperbaiki taraf hidup yang lebih baik untuk masa yang
akan datang dalam segi perekonomian yang lebih baik. Pemulung adalah kaum
urbanis yang tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan tinggi mereka mengadu
nasib di kota besar dengan bermodalkan nekat tetapi persaingan hidup di kota
besar sangatlah besar akhirnya mereka terpinggirkan hingga mereka menjalani
pekerjaan sebagai pemulung. Pemulung pada umumnya tidak memiliki pendidikan
tinggi dan taraf kehidupannya sangat miskin mereka pada umumnya hidupnya kadang
di kolong jembatan, di stasiun, di terminal, dan lain-lain itu adalah potret
kehidupan di ibukota yang mana pemulung dengan memodalkan karung, gancu, dan
gerobak mengais rezeki tanpa waktu yang pasti. Setelah semuanya terkumpul
sebagian di jual sebagian lagi di kumpulkan untuk di jadikan kerajinan yang
unik dan menarik yang bisa dijual dengan harga yang tinggi untuk proses itu
pemulung dibutuhkan sebuah keterampilan bagaimana cara merancang sesuatu yang
menarik itu semua dibutuhkan sebuah keterampilan khusus tanpa ada dasar
keterampilan maka pekerjaan itu kan sia-sia.
Tim pembimbing
dibutuhkan untuk mendidik anak agar bisa menjadi terampil dalam pengolah barang
bekas tersebut menjadi kerajinan tangan yang sangat berkualitas. Setelah
melalui proses pendidikan atau keterampilan mulailah dari dasar contohnya
membuat mobil-mobilan, kincir angin, vas bunga, dan lainnya. cara proses
produksi membuat manajemen pemasaran diantaranya membuat brosur, menggadakan
bazzar, pameran dan mencari sponsor. Dalam system membuat kerajinan haruslah
bersifat menjual mempunyai seni yang tinggi dan unik itu akan memudahkan proses
produksi.
Barang bekas di sekitar kita dapat dimanfaatkan menjadi
sumber belajar, tetapi hal itu tergantung pada diri kita untuk mengembangkannya
menjadi media yang menarik. Sebelum menentukan media sederhana, terlebih dahulu
merencanakan program pengembangan yang akan dilakukan berdasarkan garis besar
program pengajaran. Kemudian menganalisis kematangan dan kemampuan peserta
didik. Kemudian mengamati lingkungan sekitar untuk menemukan barang bekas yang
dapat digunakan untuk membuat media sederhana.
Berdasarkan berita detik.com pada tanggal 13 April
2015, 12.25 WIB, diberitakan :
”Sebagian
besar masyarakat sekitar Jakarta dan Kota Bekasi hanya mengenal Bantargebang
sebagai tempat pembuangan sampah. Akan tetapi di balik gundukan sampah TPST
Zona, Bantar Gebang, Bekasi masih terdapat semangat anak-anak pemulung yang
mengenyam pendidikan. Salah satunya Sekolah Alam di Kampung Cisalak, RT 2/4,
Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang. Sepulang dari mengais tumpukan
sampah, anak-anak pemulung itu tepat bersemangat belajar. Di sana ada bantuan dari donator dan
relawan yang mau mengajar di sana tidak ada biaya yang di kenakan di sekolahan
anak pemulung. Adanya sekolahan ini di bangun TPQ (tempat pengajian anak-anak
pemung) anak di sekolah tersebut di ajarkan membaca al-Qur’an, baca tulis, dan
ilmu aqidah. Ada rekan saya melihat pembangunan TPQ di sana akhirnya rekan saya
menawarkan agar sekolah TPQ itu di ganti dengan sekolah TK, SD, SMP dan
waktu-waktu belajar tersebut berbeda-bada yang pertama TK dari jam 8.00-11.00,
kedua SD dan SMP dari jam 13.00-15.00. Setelah pulang sekolah anak pemulung
mencari barang bekas seperti aqua botol, kertas, kardus, plastik namun di
sekolahan tersebut guru tidak mengajarkan anak untuk membuat kerajinan tangan
dari barang bekas. Melainkan hanya mengajarkan formal dan tidak mengajarkan non formal di sekolah Alam Tunas Mulia. (edo, 2016)
Minimnya alat peraga pada umumnya lebih disebabkan
keterbatasan anggaran yang disediakan oleh sekolah. Guru sebagai fasilitator
dalam proses pembelajaran dituntut untuk lebih kreatif mengembangkan peraga
pendidikan yang seefektif dan semurah mungkin. Kreativitas adalah segala proses
yang dilakukan oleh anak dalam rangka melakukan,mempelajari,dan menemukan
sesuatu yang baru yang berguna bagi kehidupan dirinya dan orang lain.
Menurut Nur Hayati (2013:212),“Setiap
tahapan perkembangan yang terjadi pada anak merupakan suatu prestasi.
Masing-masing anak membawa potensi kreatif yang digunakan untuk
mengaktualisasikan diri dari masa kini hingga masa depan. Kemampuan yang
dimiliki anak dapat ditemukan sendiri oleh anak jika anak diberikan banyak
kesempatan untuk ekspolarasi dan discovery melalui interaksi dengan lingkungan.
Oleh karena itu, kemampuan yang akan direncanakan orangtua dan guru pada anak
tidak berarti membiarkan anak mencoba bereksplorasi dengan segala sesuatu yang
membahayakan. Keunikan setiap individu harus dipahami pendidik untuk dapat
memberikan treatmen yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setiap anak”.
Kegiatan eksplorasi adalah penjelajah lapangan dengan
tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak, terutama sumber alam yang terdapat
di tempat itu. Eksplorasi dapat pula dikatakan sebagai kegiatan untuk
memperoleh pengalaman baru dan situasi yang baru (KBBI;254). Eksplorasi
merupakan jenis kegiatan permainan yang dilakukan dengan cara menjelajahi atau
mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari hal tertentu sambil mencari
kesenangan atau sebagai hiburan dan permainan.
Tujuan kegiatan yang dapat di kembangkan berkenaan dengan
pengembangan kreativitas anak melalui eksplorasi ini dapat dilakukan dengan
memanfaatkan lingkungan sekitar tempat tinggal anak, atau juga
kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan lingkungan sekitar dengan Pendekatan
Kecerdasaan Visual Spasial.
Bukti seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah
laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur
rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah.
Berdasarkan berita Liputan 6 pada tanggal 17
Mei 2016, 16.58 WIB, diberitakan :
“Sebagian
besar masyarakat bantar
gebang belum bisa menyadari bahwa
pemulung yang sehari-hari beraktivitas sebagai pengambil sampah untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka sehari-hari mereka bisa mendaur ulang sampah non organik
dan sampah organik seperti plastik, daur kering, botol aqua, kardus dan
sebagainya. Pemulung bisa menghasilkan uang dengan mendaur ulang sampah untuk
di jual barang tersebut dijual dengan harga yang tinggi sesuai dengan pembuatan
kerajinan tangan itu sulit atau mudahnya barang bekas itu untuk
di daur ulang.”
Hasil pengamatan
sebelum penelitian yang dilakukan anak belum memiliki kemampuan menyusun pola
dari barang bekas dan
masih banyak anak yang belum mengenal macam-macam bentuk
kreativitas dari barang bekas. Berdasarkan
hal tersebut dengan teknik menyusun pola dari barang bekas ini anak mampu mengenal bermacam-macam warna,
menyusun pola kerajinan tangan dari barang bekas sesuai bentuk-bentuknya anak mampu mengelem kertas dan
menggunting dengan rapi. Adapun
yang dibahas dalam penelitian ini menyangkut pengembangan fisik motorik kognitif terutama motorik berkenaan dengan menyusun pola
dari barang bekas untuk anak
sekolah dasar. Dalam menyusun dan menempel bentuk pola kerajinan tangan dengan menggunakan barang
bekas sesuai warna anak
mampu mengenal warna lebih dari satu warna bentuk warna dan macam-macam
kerajinan tangan dari barang bekas.
Pembelajaran di sana menggunakan pendekatan kecerdasan
visual spasial kepada guru pengajar di sekolah tersebut. Menurut guru dalam
proses belajar mengajar hanya mendengarkan ceramah, membayangkan, menulis,
membaca, atau latihan soal tentu sangat sulit dipahami tidak konkret dan
membosankan apa yang terjadi jika anak sudah bosan mereka menjadi tidak
konsentrasi lagi dengan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Alat
peraga dapat meminimalisir hal tersebut alat perga juga dapat membantu
mengkongkritkan hal-hal yang abstrak sehingga pembelajaran mudah diterima dan
dipahami oleh peserta didik. Alat peraga ini membuat anak senang, mereka dapat
memegang, memainkan, mau memprakteknya secara langsung saat pembelajaran.
Secara otomatis alat peraga pembuat anak tertarik atau termotivasi untuk
mencoba dan belajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan alat peraga
tersebut itulah respon yang sangat baik dalam pembelajaran.
Memudahkan guru dalam menerangkan sesuatu yang abstrak
adalah hal yang sangat sulit di terangkan oleh guru sekaligus di terima oleh
peserta didik. Alat peraga membantu pendidik untuk menerangkan sesuatu Karena
dapat memberikan gambaran secara riil
contoh memudahkan guru dalam mengeksporasi.
Informasi yang disampaikan guru akan diterima bagi
oleh peserta didik. Alat peraga melibatkan semua aspek yaitu audio, visual, dan
kinestetik. Berdasarkan para ahli, indra yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan kedalam otak adalah mata kurang lebih 75%-87% dari pengetahuan
manusia di peroleh atau disalurkan melalui mata. Sementara itu, 13-25% lain di
peroleh atau tersalur melalui indra yang lain. Dengan demikian adanya alat peraga/media/alat
bantu visual dapat mempermudah penyampaian dan penerima informasi atau materi
pelajaran
Ciri-ciri alat peraga yang baik dengan mengetahui ciri
alat peraga yang baik, maka kita juga bisa membuat dengan baik pula. Adapun
alat peraga yang baik adanya membuat materi lebih kongkrit, dapat mengantar
kepencapaian kompetensi yang diharapkan memudahkan pemahaman konsep mudah
dioprasionalkan dengan baik oleh guru maupun siswa menarik atau mencolok, tahan
lama atau awet, multifungsi/tematik (dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai
konsep) serta seyogyanya, alat peraga dibuat sendiri dengan melibatkan siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang kreativitas
anak pemulung dengan judul “Peningkatan Kreativitas Anak Pemulung Dalam Pemanfataan
Barang Bekas
Usia 10
Tahun di Sekolah
Tunas Mulia
Bantar Gebang Bekasi”
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka
fokus masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Upaya yang dilakukan
guru Sekolah Alam Tunas Mulia di Bantar Gebang Bekasi dalam meningkatkan
kreativitas anak pemulung usia 10 tahun dalam pemanfaatan barang bekas melalui
media alat peraga.
2. Pengaruh atau dampak
penerapan alat peraga sebagai upaya dalam meningkatkan kreativitas anak pemulung
usia 10 tahun dalam pemanfaatan barang bekas di Sekolah Alam Tunas Mulia di
Bantar Gebang Bekasi pada kelas V.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
batasan masalah dan identifikasi masalah yang ada, maka dalam penelitian ini
permasalahan dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana upaya meningkatkan kreativitas
anak pemulung usia 10 tahun dalam
pemanfaatan barang bekas?
2.
Apakah terdapat peningkatan kreativitas anak pemulung usia 10 tahun dalam pemanfaatan barang bekas melalui
media alat peraga?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas dapat di
tentukan bahwa tujuan dari penelitian ini sebagai berikut
1. Mengetahui upaya meningkatkan kreativitas anak pemulung usia 10 tahun dalam pemanfaatan barang bekas.
2. Mengetahui peningkatan kreativitas anak pemulung usia 10 tahun dalam pemanfaatan barang bekas melalui
media alat peraga.
E. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat
Teoritis
Agar pemerintah, guru, serta peneliti
dapat mengetahui pentingnya kreativitas yang dimiliki siswa bagi kehidupan nya
serta bangsa dan negara.
2.
Manfaat
Praktis
a. Bagi
Masyarakat
1) Tidak
terlalu banyak sampah menjadi lingkungan bersih.
2) Mengenalkan barang
bekas kepada anak untuk dijadikan barang yang bermanfaat.
3) Meningkatkan kemampuan
anak dalam berpikir kristis masalah lingkungan.
b. Bagi
Siswa
1) Siswa lebih menjadi
lebih memahami tentang sampah serta kegunaannya.
2) Menanamkan
kemandirian anak dalam menghasil karya yang berguna.
3) Siswa lebih mencintai
lingkungannya membangun pola pikir anak yang baru.
c. Bagi
Peneliti
1) Memahami
karakter anak di usia sekolah dasar untuk mengembangkan dan memahami lingkungan
sekitar untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat untuk diperkenalkan untuk anak
sekolah dasar.
2) Memahami barang bekas disekitarnya untuk dijadikan barang
bekas menjadi barang yang berguna
dan
bermanfaat
yaitu dijadikan
kerajinan tangan
3) Berspekulasi dengan bermacam-macam jenis barang
bekas yang organik dan non organik untuk dipilah-pilih fungsi dan kegunaannya.
4) Mengenalkan alat
peraga dan tempat untuk membuat kreativitas barang bekas
F. Sistematika
Penelitian
Sistematika penulisan
dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirincikan kedalam sub bab
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam
bab ini dibahas mengenal latar belakang masalah yang berhubungan dengan alasan pemilihan
judul, identifikasi masalah, batasan masalah,rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam
bab ini akan dibahas mengenai kajian pustaka yang membicarakan masalah-masalah
yang berkaitan dengan pengertian kreativitas dan pengertian pemulung, kerangka
berfikir,perumusan hipotesis dan hipotesis penelitian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam
bab ini akan dibahas mengenai tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, rancangan tindakan, desain dan prosedur tindakan,
criteria keberhasilan tindakan, sumber data, instrumen pengumpulan data, dan
teknik analisis data.
BAB IV : HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam
bab ini akan dibahas mengenai deskripsi data, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan
mengenai bab terakhir dalam pembahasan penelitian ini, disajikan tentang
kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran yang relevan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar