IBU KOTA
Lepas dari seragam putih abu-abu, aku bertekad pergi ke jakarta dengan maksud ingin mencari pekerjaan dengan hasil yang cukup besar. setidaknya bisa aku pakai untuk membayar jasa-jasa orang tuaku yang telah membesarkanku.
Pagi ini ketika matahari baru setengah tampak aku sudah berada diterminal untuk menunggu datangnya bus yang akan membawaku ke jakarta. dengan bekal tekad yang kuat dan sedikit pengetahuan tentang kota jakarta akhirnya aku tiba disana aku melihat gedung-gedung yang tinggi berada di kanan kiriku, udara kotor kendaraan-kendaraan umum yang saat ini kuhirup. menyadarkanku bahwa aku sudah melangkah meninggalkan tempat yang dimana aku dilahirkan dan dibesarkan. ku langkahkan kakiku mengikuti arah jalan di hadapanku.
Langkahku bertahan ketika tepat didepanku. aku melihat bangunan tinggi yang mendekati awan dengan puncak ujungnya itu terbuat dari emas. mataku tak henti memandang bangunan itu, teringat jelas cerita dari guruku waktu itu tentang bangunan ini yang menjadi lambang ibu kota ini, aku melangkah masuk mendekati bangunan itu. setibanya aku tepat di depan tugu monas, ada seseorang ibu-ibu setengah baya dengan pakaian nyentrik menghampiriku, dia memberikanku beberapa pertanyaan dengan maksud mengajakku bekerja dengannya. tanpa fikir panjang aku langsung menerima ajaknya.
Dibawanya aku ke suatu tempat yang tak aku ketahui tempat apa itu. gelap hanya lampu kelip-kelip yang menjadi sinar ditempat ini, suara musik yang keras yang mengalahkan bunyi suara-suara yang ada disekitar. aku dibawa ketoilet dan diberikan baju ganti yang menurutku tidak layak digunakan olehku. aku menolak untuk memakainya, tetapi karena paksaan ibu yang meminta aku untuk memanggilnya dengan sebutakan mami akhirnya aku kenakan juga dengan langkah kaki yang terhendat. aku paksakan kakiku bergerak mengikuti apa yang aku lakukan oleh mami ini terhadapku.
Mami membawaku kepada sekelompok lelaki setengah baya dengan tubuh kekar, dasi yang melekat dilehernya, serta jas, dan sepatu pantopelnya yang melambangkan kekayaaannya. kini aku baru paham, mami ini ingin menjualku aku benar-benar takut tubuhku berkeringat,meski di tempat ini sangatlah dingin, mataku mengeluarkan air mata aku mengingat muka kedua orangtuaku. disentulah tubuhku oleh orang itu, aku menghindar, lalu aku paksakan diriku kepada orang itu untuk berbohong aku bertanya kepadanya arah pintu keluar, dengan alasan aku ingin menjemput temanku yang ada didepan dan membawanya kembali kesini, kepadaku ditunjukanlaj aku jalan untuk arah keluar.
Setibanya di pintu keluar, aku membuka sepatu highhels yang mengganggu gerak langkahku aku percepat langkah kakiku dengan sangat hati-hati karna aku takut bertemu dengan mami yang akan menjualku akhirnya sampailah aku dijalan raya yang agak lumayan jaubh dari tempat itu. aku lari sekencang-kencangnya tanpa aku tahu aku harus pergi kemana aku melihat kantor polisi aku berniat untuk kesana dan melaporkan hal yang baru saja aku alami.
Pak polisi itupun mau mengantarku kembali tetapi aku harus menunggu sampai matahari terbit. karena sekarang sudah larut malam. disuruhnya aku untuk tidur disebuah ruangan menunggu datangnya esok hari. matku tak bisa ku pejamkan aku benar-benar masih takut dengan apa yang baru tadi aku alami. aku pandangi arah gerak jam yang menempel pada dinding diruangan ini berharap waktu berputar cepat berganti hari.
Akhirnya pagipun datang, matahari memancarkan sinarnya segera aku mendatangi pak polisi itu dan memintanya membawa ku kembali kepada keluargaku. tibalah aku di desa kelahiranku. ku temui bapak ibuku yang pada saat itu masih berada disawah. dari jarak yang masih cukup jaubh aku telah teriak memanggil ibu dan bapakku,ku lari kehadapannya ku peluk erat ibu dan bapakku menangisku dihadapannya mereka. tentanglah hatiku kini, ku ceritakan semua kisah yang aku alami kepada mereka tak akan lagi membiarkan pergi sendiri lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar